Kala itu, ada seorang pendeta baru saja pindah ke Melbourne, Australia. Setiap minggu ia selalu bepergian menggunakan bis dari rumahnya menuju pusat kota untuk melakukan ibadah. Saat ia naik bis dan membayarnya, kemudian ia duduk di dekat jendela sambil memegang kembalian ditangannya. Beberapa menit kemudian, di tengah perjalanan, sang pendeta baru menyadari bahwa uang kembalian yang diterimanya berlebihan daripada seharusnya.
Setelah itu di dalam lubuk hatinya berkata padanya, “Segera kembalikan uang receh itu, jangan kau simpan.” Lalu dipikirannya sendiri berkata, “Ah lupakan saja, lagi pula cuma recehan. Siapa yang peduli dengan recehan ini. Perusahaan bis ini juga sudah mendapatkan lebih dari harga karcisnya, mereka tidak akan kekurangan apapun. Terima saja sebagai berkat dari Tuhan dan jangan bicara apa-apa,”
Hingga tiba di tempat tujuan, saat hendak keluar dari bis, sang pendeta mendadak berhenti sejenak. Ia pun menghampiri supir bis dan mengembalikan kelebihan uang kembalian tersebut, “hai supir ini uang kembalian yang kau berikan berlebihan.” Dengan ramah dan muka tersenyum si supir menjawab, “Bukankah bapak adalah pendeta yang baru itu? saya sudah berpikir untuk datang beribadah di tmpat lain. saya hanya ingin tahu apa yang akan bapak lakukan seandainya saya memberikan uang kembalian dengan lebih. Sekarang saya jadi yakin kemana saya harus beribadah dan di hari minggu nanti, kita pasti akan bertemu kembali di gereja,”
Ketika bapak pendeta tersebut keluar dari bis, segera ia memegang kalung salib yang ia pakai dengan sangat erat dan berkata, “Oh Bapa, aku hampir saja menjual Putra-Mu demi recehan.”
Hidup Anda merupakan Alkitab yang terbuka, dimana banyak orang mencoba untuk membacanya. Dan, kisah diatas adalah contoh bahwa banyak orang yang memperhatikan kita karena kita Kristen dan mencoba untuk menguji iman kita. Ikutilah apa yang hati kita katakan, karena itu adalah suara Roh Kudus. Dalam 1 Petrus 4:16 menyebutkan, “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” Tetaplah menjadi garam dan terang dimanapun, berjaga-jagalah serta ingatlah ketika kita menyebut diri kita sebagai “Kristen” itu berarti memikul nama Yesus Kristus di pundak kita.
Sumber : Airhidup.com/Jawaban.com